Hanya diperlukan waktu semenit untuk menafsir seseorang, sejam untuk menyukai seseorang dan
sehari untuk mencintai seseorang, tetapi diperlukan waktu seumur hidup untuk melupakan seseorang.
Hidup tanpa cinta sepeeti makanan tanpa garam. Oleh karena itu, kejarlah cinta seperti kau mengejar waktu dan apabila kau sudah mendapat cinta itu, jagalah ia seperti kau menjaga dirimu. Sesungguhnya cinta itu karunia Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam sebuah percintaan, janganlah kamu sesali perpisahan tetapi sesalilah pertemuan.
Karena tanpa pertemua tidak akan ada perpisahan. Menikahlah dengan orang yang lebih mencintai diri kita
daripada kita mencintai diri orang itu. Itu lebih baik daripada menikahi orang yang kita cintai tetapi tidak menyintai
diri kita karena adalah lebih mudah mengubah pendirian diri sendiri daripada mengubah pendirian orang lain.
Cinta yang suci dapat dilihat dari pengorbanan seseorang, bukanlah dari pemberian semata.
Ibaratkalah kehilangan cinta itu seumpama hilangnya cincin permata di lautan luas yang tiada bertepi dan harus dilupakan.
Cinta tidak selalu bersama jodoh, tapi jodoh selalu bersama cinta.
Kata pujangga ; Cinta letaknya di hati, meskipun tersembunyi, namun getarannya jelas sekali. Ia mampu mempengaruhi fikiran sekaligus mengendalikan tindakan kita sehingga kadangkala kita melakukan hal terbodoh tanpa kita sadari.
Cinta dimulai dengan senyuman, tuumbuh dengan dekapan dan seringkali berakhir dengan air mata
http://www.berpuisi.tk/2011/06/kumpulan-kata-kata-cinta-romantis.html
Sabtu, 24 September 2011
Kamis, 22 September 2011
contah wirausaha
Berikut ini contoh wirausaha yang sukses dengan hanya berbekal modal keci, penggalan kisahnya adalah sebagai berikut:
“Ada seorang pengusaha eksportir kerajinan Rotan dari Indonesia yang merintis usahanya dengan bermodalkan laptop dan ruangan kamar tidurnya. Dari sana, ia membangun sebuah perusahaan ekspor kerajinan rotan ke negara-negara Timur Tengah dan sekarang mulai merambah ke Eropa. Ya, bayangkan, hanya dengan bermodalkan laptop, sebuah modal kecil untuk sebuah usaha”.
Tentunya modal usaha bisnis yang dijalankan oleh pengusaha eksportir kerajinan rotan yang membangun wirausaha yang berskala besar sampai keluar negeri tersebut diatas tadi hanya modal laptop adalah termasuk modal kecil.
Intinya dari penggalan kisah diatas dapat disimpulkan bahwa untuk memulai wirausaha tidak memerlukan modal yang besar, hanya dengan berbekal modal kecil pun kita sudah bisa memulai wirausaha.
http://contohusaha.net/contoh-wirausaha-sukses-modal-kecil
“Ada seorang pengusaha eksportir kerajinan Rotan dari Indonesia yang merintis usahanya dengan bermodalkan laptop dan ruangan kamar tidurnya. Dari sana, ia membangun sebuah perusahaan ekspor kerajinan rotan ke negara-negara Timur Tengah dan sekarang mulai merambah ke Eropa. Ya, bayangkan, hanya dengan bermodalkan laptop, sebuah modal kecil untuk sebuah usaha”.
Tentunya modal usaha bisnis yang dijalankan oleh pengusaha eksportir kerajinan rotan yang membangun wirausaha yang berskala besar sampai keluar negeri tersebut diatas tadi hanya modal laptop adalah termasuk modal kecil.
Intinya dari penggalan kisah diatas dapat disimpulkan bahwa untuk memulai wirausaha tidak memerlukan modal yang besar, hanya dengan berbekal modal kecil pun kita sudah bisa memulai wirausaha.
http://contohusaha.net/contoh-wirausaha-sukses-modal-kecil
wirausaha
wirausaha adalah kemampuan untuk berdiri sendiri, berdaulat, merdeka lahir dan bathin, sumber peningkatan kepribadian, suatu proses dimana orang mengejar peluang, merupakan sifat mental dan sifat jiwa yang selalu aktif dituntut untuk mampu mengelola, menguasai, mengetahui dan berpengalaman untuk memacu kreatifitas.
demikianlah tulisan yang saya buat mengenai pengertian dan definisi-definisinya menurut para ahli, mudah-mudahan tulisan ini dapat bermanfaat. terutama bagi saya, karena tulisan ini merupakan tugas softskill dari matakuliah Kewirausahaan.
Referensi :
1. Peter F Drucker
Kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different) .
Kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different) .
2. Thomas W ZimmererKewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya memanfaatkan peluang-peluang yang dihadapi orang setiap hari.
3. Andrew J Dubrin
Seseorang yang mendirikan dan menjalankan sebuah usaha yang inovatif (Entrepreneurship is a person who founds and operates an innovative business).
4. Robbin & Coulter
Kewirausahaan adalah proses dimana seorang individu atau kelompok individu menggunakan upaya terorganisir dan sarana untuk mencari peluang untuk menciptakan nilai dan tumbuh dengan memenuhi keinginan dan kebutuhan melalui inovasi dan keunikan, tidak peduli apa sumber daya yang saat ini dikendalikan
Seseorang yang mendirikan dan menjalankan sebuah usaha yang inovatif (Entrepreneurship is a person who founds and operates an innovative business).
4. Robbin & Coulter
Kewirausahaan adalah proses dimana seorang individu atau kelompok individu menggunakan upaya terorganisir dan sarana untuk mencari peluang untuk menciptakan nilai dan tumbuh dengan memenuhi keinginan dan kebutuhan melalui inovasi dan keunikan, tidak peduli apa sumber daya yang saat ini dikendalikan
5. (Soeharto Prawiro, 1997).
Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (start-up phase) dan perkembangan usaha (venture growth).
6. (Acmad Sanusi, 1994)
Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis.
7. Jean Baptista Say (1816)
Seorang wirausahawan adalah agen yang menyatukan berbagai alat-alat produksi dan menemukan nilai dari produksinya.
8. Frank Knight (1921)
Wirausahawan mencoba untuk memprediksi dan menyikapi perubahan pasar. Definisi ini menekankan pada peranan wirausahawan dalam menghadapi ketidakpastian pada dinamika pasar. Seorang worausahawan disyaratkan untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajerial mendasar seperti pengarahan dan pengawasan.
9. Joseph Schumpeter (1934)
Wirausahawan adalah seorang inovator yang mengimplementasikan perubahan-perubahan di dalam pasar melalui kombinasi-kombinasi baru. Kombinasi baru tersebut bisa dalam bentuk:
(1) memperkenalkan produk baru atau dengan kualitas baru,
(2) memperkenalkan metoda produksi baru,
(3) membuka pasar yang baru (new market),
(4) Memperoleh sumber pasokan baru dari bahan atau komponen baru, atau
(5) menjalankan organisasi baru pada suatu industri. Schumpeter mengkaitkan wirausaha dengan konsep inovasi yang diterapkan dalam konteks bisnis serta mengkaitkannya dengan kombinasi sumber daya.
10. Penrose (1963)
Kegiatan kewirausahaan mencakup indentifikasi peluang-peluang di dalam sistem ekonomi. Kapasitas atau kemampuan manajerial berbeda dengan kapasitas kewirausahaan.
11. Harvey Leibenstein (1968, 1979)
Kewirausahaan mencakup kegiatan-kegiatann yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya.
12. Israel Kirzner (1979)
Wirausahawan mengenali dan bertindak terhadap peluang pasar. Entrepreneurship Center at Miami University of Ohio: Kewirausahaan sebagai proses mengidentifikasi, mengembangkaan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu.
13. Raymond, (1995)
Wirausaha adalah orang yang kreatif dan inovatif serta mampu mewujudkanya untuk meningkatkan kesejahteraan diri masyarakat dan lingkungan.
14. Kasmir (2006)
Wirausaha adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan.
Wirausahawan mengenali dan bertindak terhadap peluang pasar. Entrepreneurship Center at Miami University of Ohio: Kewirausahaan sebagai proses mengidentifikasi, mengembangkaan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu.
13. Raymond, (1995)
Wirausaha adalah orang yang kreatif dan inovatif serta mampu mewujudkanya untuk meningkatkan kesejahteraan diri masyarakat dan lingkungan.
14. Kasmir (2006)
Wirausaha adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan.
demikianlah tulisan yang saya buat mengenai pengertian dan definisi-definisinya menurut para ahli, mudah-mudahan tulisan ini dapat bermanfaat. terutama bagi saya, karena tulisan ini merupakan tugas softskill dari matakuliah Kewirausahaan.
Referensi :
http://putracenter.net/2008/12/23/definisi-kewirausahaan-entrepreneurship-menurut-para-ahli/
http://whandi.net/pengertian-dan-teori-kewirausahaan.html
http://arina.host22.com/Pengertian_Wira_Usaha.html
wirausaha di latih
Mahasiswa Dilatih Wirausaha
Written by Fine Resyalia |
Monday, 15 March 2010 14:08 |
JAKARTA(SI) – Pemerintah mulai menerapkan pelatihan kewirausahaan (entrepreneurship) kepada mahasiswa. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Muhaimin Iskandar mengatakan, mulai tahun ini, pihaknya menerapkan program Peningkatan Kompetensi Tenaga Kerja dan Produktivitas bagi Mahasiswa. Menurut dia, mahasiswa merupakan generasi muda yang diharapkan menjadi calon pekerja yang memiliki budaya produktivitas dan inovatif sejak menuntut ilmu di perguruan tinggi. Dengan pelatihan ini, diharapkan mahasiswa semakin terdorong untuk tidak hanya berpikir menjadi pegawai bagi orang lain,tetapi juga sebagai pencipta lapangan pekerjaan. “Saatnya mahasiswa memberikan gagasan dan sumbangsih sekaligus mempersiapkan diri untuk membuka lapangan kerja baru,”tegas Muhaimin di Jakarta kemarin. Menakertrans mengatakan, pihaknya sudah menjalin kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi di Indonesia.Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans), jelasnya, juga sudah membuka 208 balai latihan kerja (BLK) untuk keperluan ini. Mantan Wakil Ketua DPR ini menyatakan, pelatihan berbasis penyerapan produktivitas ini bertujuan untuk mengukur tingkat penyerapan banyak tenaga kerja hasil pelatihan oleh lembaga pelatihan kerja yang diselenggarakan pemerintah dan swasta. “Melalui pelatihan ini,para pencari kerja dan peserta pelatihan bisa meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan produktivitas,”paparnya. Sinergi antara peningkatan kompetensi kerja, produktivitas, dan program kewirausahaan, tandasnya, dibutuhkan tidak hanya untuk mengurangi pengangguran terbuka, tetapi juga kesejahteraan pekerja dengan hubungan bipartit yang harmonis. Menurut Ketua Umum DPP PKB itu, pelatihan ini penting karena angka pengangguran saat ini telah mencapai 10% dari total jumlah penduduk Indonesia. Lebih lanjut Muhaimin mengatakan, berdasarkan data Kemenakertrans pada 2009, disebutkan bahwa pelatihan produktivitas baru menyentuh 3.032 orang.Adapun pelatihan berbasis kompetensi mencapai 12.216 orang. Ketua Komisi IX DPR Ribka Tjiptaning mengatakan, pihaknya akan segera memanggil Kemenakertrans untuk membahas langkah konkret dalam menyelesaikan kasus ketenagakerjaan. Dia mengatakan, akan mendorong Ditjen Pembinaan dan Pelatihan Produktivitas (Dirjen Binalattas) Kemenakertrans untuk meningkatkan kompetensi tenaga kerja yang akan ditempatkan di dalam maupun luar negeri agar mampu bersaing di pasar kerja. (neneng zubaidah) http://www.dikti.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1136:mahasiswa-dilatih-wirausaha-&catid=69:berita-terkait&Itemid=196 |
wirausaha di lahirkan
Wirausaha merupakan istilah yang diterjemahkan dari kata entrepreneur. Dalam bahasa Indonesia, wiraswasta awalnya dikenal mempunyai arti berdiri di atas kekuatan sendiri. Istilah tersebut kemudian berkembang menjadi wirausaha dan entrepreneurship diterjemahkan menjadi kewirausahaan. Wirausaha mempunyai arti seorang yang mampu memulai dan atau menjalankan usaha. Pengertian ini kita temui dalam Kamus Manajemen LPPM. Definisi lain tentang wirausaha disampaikan oleh Say. Dia menyatakan, seorang wirausaha merupakan orang yang mampu melakukan koordinasi, organisasi, dan pengawasan. Keputusan seseorang untuk memilih profesi sebagai seorang wirausaha didorong beberapa kondisi. (1) Orang tersebut lahir dan atau dibesarkan dalam keluarga yang memiliki tradisi yang kuat di bidang usaha (confidence modalities). (2) Orang tersebut berada dalam kondisi yang menekan, sehingga tidak ada pilihan lain bagi dirinya selain menjadi wirausaha (tension modalities). (3) Oorang yang memang mempersiapkan diri untuk menjadi wirausaha (emotion modalities).
Penelitian Mc Slelland (1961) di Amerika Serikat menunjukkan, 50% pengusaha yang menjadi sampel penelitiannya (secara acak) berasal dari keluarga pengusaha. Penelitian Sulasmi (1989) terhadap 22 orang pengusaha wanita di Bandung juga menunjukkan, sekitar 55% pengusaha tersebut memiliki keluarga pengusaha (orang tua, suami, atau saudara pengusaha). Keluarga Bakrie, Kalla, dan Aksa adalah contoh populer betapa dari keluarga yang kuat kultur bisnisnya sangat mungkin terlahir wirausaha hebat.
Sedangkan penelitian Mu’minah (2001) atas delapan pengusaha paling sukses di Pangandaran menunjukkan, semua pengusaha tersebut memulai usahanya karena keterpaksaan. Tak sedikit kisah sukses wirausaha lantaran diawali dengan kondisi desakan kepahitan hidup. Kepahitan hidup merupakan energi luar biasa untuk membuat seseorang berjuang mengubah nasib. Ia akan berani memiliki visi untuk meraih kehidupan yang lebih baik. Visi itulah yang akan menggerakkannya untuk bekerja keras tanpa lelah, mencari peluang tanpa malu hingga akhirnya sukses menghampirinya.
Pada kategori ketiga, menurut Muhandri (2002), emotion modalities merupakan pengusaha yang umumnya memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Orang yang masuk dalam kategori ini memang mempersiapkan diri untuk menjadi seorang wirausaha, dengan banyak mempelajari keilmuan (akademik) yang berkaitan dengan dunia usaha. Dalam kategori ini, terdapat pengusaha yang langsung memulai usahanya (merasa cukup dengan dasar-dasar keilmuan yang dimiliki) dan ada yang bekerja terlebih dahulu untuk memahami dunia usaha secara riil.
Mencermati ketiga kategori tadi, kita mendapatkan gambaran bahwa jiwa wirausaha itu bisa didapat dengan berbagai cara. Meskipun memang hasil penelitian tersebut tidaklah salah, mayoritas pengusaha yang sukses ternyata berasal dari keluarga dengan tradisi yang kuat di bidang usaha (bisnis). Sehingga dapat digarisbawahi bahwa kultur (budaya) berwirausaha suatu keluarga, suku, atau bahkan bangsa, sangat berpengaruh terhadap kemunculan wirausaha-wirausaha baru yang tangguh.
Namun, ada satu catatan yang perlu diperhatikan. Kultur ini tidak dapat ditanamkan dalam sekejap. Sangat mungkin para orang tua pebisnis memang sejak dini menanamkan jiwa wirausaha kepada anak-anak. Secara komunal, kultur beberapa suku di Indonesia memang mengagungkan profesi wirausaha sehingga banyak wirausaha tangguh yang berasal dari suku tersebut. Namun, tak bisa dipungkiri, secara umum kultur masyarakat Indonesia masih mengagungkan profesi yang relatif “tanpa resiko” (misalnya menjadi pegawai negeri, TNI, polisi, atau bekerja di perusahaan besar).
Oleh karena itu, pemerintah perlu menyusun program yang ditujukan untuk menanamkan budaya wirausaha di kalangan generasi muda. Mengapa pemerintah perlu serius menggarap hal ini? Kewirausahaan merupakan salah satu solusi yang dapat membantu menyelamatkan perekonomian masyarakat dan bangsa ini ke depan.
Karena tidak semua orang tua bisa kita harapkan mampu dan mau berupaya menanamkan budaya wirausaha kepada anak-anaknya, akan menjadi penting bagi pemerintah untuk melakukan penanaman budaya wirausaha tersebut dengan sasaran siswa sekolah khususnya dan pada masyarakat pada umumnya. Meski usaha ini tidak mudah, tetapi jika kita mau belajar pada keberhasilan program Keluarga Berencana (KB), hal ini bukanlah sesuatu yang mustahil untuk dilaksanakan.
Pada tataran lain yang lebih operasional, usaha penciptaan wirausaha baru yang tangguh ini akan lebih baik jika dilakukan terhadap lulusan perguruan tinggi yang memiliki dasar keilmuan dan intelektualitas yang tinggi. Hal ini didasari dengan kondisi persaingan usaha di era globalisasi yang menuntut benar-benar kemampuan tinggi seorang wirausaha.
Salah satu pola pengembangan wirausaha yang tangguh dan unggul adalah memberikan pembinaan dan pendampingan melalui inkubasi bisnis. Beberapa perguruan tinggi melalui lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat (LPPM)-nya maupun departemen teknis, telah mengembangkan pola inkubasi bisnis ini. Para tenant diberikan kesempatan dibina dalam periode waktu tertentu. Unit bisnis binaan tersebut diberikan bantuan pendidikan, pelatihan, dan magang yang didukung fasilitas/akses teknologi, manajemen, pasar, modal, serta informasi. Pada sisi inilah kita menemukan argumentasi bahwa wirausaha itu bisa dididik, bukan semata-mata dilahirkan.***
Penulis, Direktur Eksekutif Golden Institute, alumnus Chulalongkorn University Thailand.
Penulis:
Sumber :
http://www.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=79872
http://www.artikelwarnet.net/?p=68
Penelitian Mc Slelland (1961) di Amerika Serikat menunjukkan, 50% pengusaha yang menjadi sampel penelitiannya (secara acak) berasal dari keluarga pengusaha. Penelitian Sulasmi (1989) terhadap 22 orang pengusaha wanita di Bandung juga menunjukkan, sekitar 55% pengusaha tersebut memiliki keluarga pengusaha (orang tua, suami, atau saudara pengusaha). Keluarga Bakrie, Kalla, dan Aksa adalah contoh populer betapa dari keluarga yang kuat kultur bisnisnya sangat mungkin terlahir wirausaha hebat.
Sedangkan penelitian Mu’minah (2001) atas delapan pengusaha paling sukses di Pangandaran menunjukkan, semua pengusaha tersebut memulai usahanya karena keterpaksaan. Tak sedikit kisah sukses wirausaha lantaran diawali dengan kondisi desakan kepahitan hidup. Kepahitan hidup merupakan energi luar biasa untuk membuat seseorang berjuang mengubah nasib. Ia akan berani memiliki visi untuk meraih kehidupan yang lebih baik. Visi itulah yang akan menggerakkannya untuk bekerja keras tanpa lelah, mencari peluang tanpa malu hingga akhirnya sukses menghampirinya.
Pada kategori ketiga, menurut Muhandri (2002), emotion modalities merupakan pengusaha yang umumnya memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Orang yang masuk dalam kategori ini memang mempersiapkan diri untuk menjadi seorang wirausaha, dengan banyak mempelajari keilmuan (akademik) yang berkaitan dengan dunia usaha. Dalam kategori ini, terdapat pengusaha yang langsung memulai usahanya (merasa cukup dengan dasar-dasar keilmuan yang dimiliki) dan ada yang bekerja terlebih dahulu untuk memahami dunia usaha secara riil.
Mencermati ketiga kategori tadi, kita mendapatkan gambaran bahwa jiwa wirausaha itu bisa didapat dengan berbagai cara. Meskipun memang hasil penelitian tersebut tidaklah salah, mayoritas pengusaha yang sukses ternyata berasal dari keluarga dengan tradisi yang kuat di bidang usaha (bisnis). Sehingga dapat digarisbawahi bahwa kultur (budaya) berwirausaha suatu keluarga, suku, atau bahkan bangsa, sangat berpengaruh terhadap kemunculan wirausaha-wirausaha baru yang tangguh.
Namun, ada satu catatan yang perlu diperhatikan. Kultur ini tidak dapat ditanamkan dalam sekejap. Sangat mungkin para orang tua pebisnis memang sejak dini menanamkan jiwa wirausaha kepada anak-anak. Secara komunal, kultur beberapa suku di Indonesia memang mengagungkan profesi wirausaha sehingga banyak wirausaha tangguh yang berasal dari suku tersebut. Namun, tak bisa dipungkiri, secara umum kultur masyarakat Indonesia masih mengagungkan profesi yang relatif “tanpa resiko” (misalnya menjadi pegawai negeri, TNI, polisi, atau bekerja di perusahaan besar).
Oleh karena itu, pemerintah perlu menyusun program yang ditujukan untuk menanamkan budaya wirausaha di kalangan generasi muda. Mengapa pemerintah perlu serius menggarap hal ini? Kewirausahaan merupakan salah satu solusi yang dapat membantu menyelamatkan perekonomian masyarakat dan bangsa ini ke depan.
Karena tidak semua orang tua bisa kita harapkan mampu dan mau berupaya menanamkan budaya wirausaha kepada anak-anaknya, akan menjadi penting bagi pemerintah untuk melakukan penanaman budaya wirausaha tersebut dengan sasaran siswa sekolah khususnya dan pada masyarakat pada umumnya. Meski usaha ini tidak mudah, tetapi jika kita mau belajar pada keberhasilan program Keluarga Berencana (KB), hal ini bukanlah sesuatu yang mustahil untuk dilaksanakan.
Pada tataran lain yang lebih operasional, usaha penciptaan wirausaha baru yang tangguh ini akan lebih baik jika dilakukan terhadap lulusan perguruan tinggi yang memiliki dasar keilmuan dan intelektualitas yang tinggi. Hal ini didasari dengan kondisi persaingan usaha di era globalisasi yang menuntut benar-benar kemampuan tinggi seorang wirausaha.
Salah satu pola pengembangan wirausaha yang tangguh dan unggul adalah memberikan pembinaan dan pendampingan melalui inkubasi bisnis. Beberapa perguruan tinggi melalui lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat (LPPM)-nya maupun departemen teknis, telah mengembangkan pola inkubasi bisnis ini. Para tenant diberikan kesempatan dibina dalam periode waktu tertentu. Unit bisnis binaan tersebut diberikan bantuan pendidikan, pelatihan, dan magang yang didukung fasilitas/akses teknologi, manajemen, pasar, modal, serta informasi. Pada sisi inilah kita menemukan argumentasi bahwa wirausaha itu bisa dididik, bukan semata-mata dilahirkan.***
Penulis, Direktur Eksekutif Golden Institute, alumnus Chulalongkorn University Thailand.
Penulis:
Sumber :
http://www.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=79872
http://www.artikelwarnet.net/?p=68
Langganan:
Postingan (Atom)